Friday, June 28, 2013

Habis terang, terbitlah gelap

Kalau mak Hana kesulitan terkait ijin suami, saya justru mendapat dukungan penuh dari suami. Kesulitan justru saya temui saat di kantor Polres (waktu itu tahun 2005, jadi penyelenggaraan masih Polres). Dari mulai tahap mengisi berkas hingga tes tulis maupun praktek.

Dari awal keberangkatannya, saya sudah menemui sedikit masalah. Di tengah perjalanan, motor saya di stop petugas polisi. Alasannya pemeriksaan surat-surat. Duh, deg-degan pastinya. Wong suratnya nggak lengkap. Dan hal yang saya khwatirkan terjadi. Saat ditanyai SIM, tentu saja saya tidak bisa menunjukkan, karena memang belum punya. Ketika saya katakan bahwa saya berniat untuk bikin SIM, pak polisi justru bilang:'' Halah mbak, hampir semua pengendara yang kena razia bilangnya seperti itu''. Duuh, pak polisi, kalau saya sih jujur. Betul-betul mau bikin SIM. Beruntung saya membawa form hasil tes mata yang memang sudah saya lakukan dua hari sebelumnya. Fuih...! Alhamdulillah, saya lolos.

Tiba di kantor Polres, seperti yang sudah saya duga sebelumnya, kantor sudah penuh sesak oleh peserta tes tulis dan praktek. Kebetulan saya datang hari Sabtu, yang memang hari favorit karyawan kantoran. Itupun saya sudah mengupayakan jam 7.00  tiba di lokasi. Ternyata banyak yang lebih pagi dari saya. Awal perjuanganpun di mulai. Dari mulai mengisi formulir, mengurus kartu Jasa Raharja hingga antri menunggu dipanggil untuk tes tulis. Oya, biaya yang harus saya keluarkan sebesar 105 ribu.

Dan perjuangan belumlah usai. Saya harus antri selama 4 jam menunggu di panggil untuk tes tulis. Sempat heran juga, kok begitu lama saya tdak juga dipanggil untuk masuk ke ruangan. Padahal orang-orang yang datang dan memasukkan berkas belakangan, satu persatu sudah mulai masuk. Saat saya konfrmasi kepada petugas, ternyata oh ternyata, berkas saya di taruh di kursi, dan tidak sengaja si petugas duduk di atas berkas saya. Mau nangis rasanya saat itu. Akhirnya, setengah kesal saya paksa petugas  untuk mengurus berkas saya secepatnya. Alhamdulillah, setengah jam kemudian saya masuk. Bisa dibayangkan, saya menunggu dari jam 9 pagi sampai jam setengah 2 siang, baru bisa masuk ruangan. Selama itu pula,saya tidak sempat makan siang dan sholat Dzuhur. Karena khawatir saat saya dipanggil, saya sedang tidak ada. 

 Jam 14. 30 saya selesai dan langsung menuju mushola untuk sholat Dzuhur. Astaghfirullah, lalai banget ya saya. Mohon ampuun ya Allah. Lalu, saya lulus? Oo..tentu tidak. Saya tidak lulus!. Dari 30 soal yang diberikan, jawaban saya yang benar hanya 13, sisanya salah. Sedangkan untuk kelulusan, jumlah jawaban salah tidak boleh lebih dari 10. 

''Bu Ririn, tidak lulus. Minggu depan balik lagi ya.'' Suara merdu petugas yang lumayan ganteng, tetap tidak menghibur saya di tengah rasa kecewa.

Minggu berikutnya, saya datang lagi. Kali ini, saya duduk sebangku dengan seorang guru TK,yang kebetulan sudah tes 2 kali. Dan ini adalah yang ke 3 kalinya. Berarti sudah sedikit pengalaman dong dengan tes-tes sebelumnya. Tentu saja saya senang, biar bisa nyontek, pikir saya. Dan ternyata, soalnya tidak sama. Sebetulnya sama, tapi di acak. Haduuh...! Dan, untuk yang kedua kalinya saya dinyatakan tidak lulus. Sedangkan teman sebangku saya akhirnya lulus. Oleh petugas yang berbeda dari yang bersuara merdu lumayan ganteng, saya diminta untuk datang dua hari lagi.

Tes ke tiga, alhamdulillah saya lulus. Jumlah jawaban saya yang salah ada 9, langsung menuju tahap selanjutnya yaitu tes praktek. Saya pede banget, bakalan lulus nih. Secara saya kan ratu jalanan. Urusan salip-menyalip saya juaranya. Dan mungkin, pikiran itulah yang akhirnya membuat saya menjadi takabur. Dari mulai starter motor saya sudah gugup. Sebetulnya bukan tanpa alasan juga sih. Bayangkan aja, saat saya sedang melakukan tes praktek, sementara puluhan pasang mata menonton di sekeliling halaman. Gimana nggak gugup?. Ditambah selama praktek, saya harus mengendarai motor milik kantor Polres, yang kebetulan beda merk dengan yang saya punya. Belum lagi harus mengenakan helm putih yang biasa dipakai polisi pengawal. Amboi...beratnya!. Akhirnya satu-persatu balok pembatas berjatuhan. Tidak hanya itu, kaki saya menyentuh tanah. Lengkaplah sudah kesalahan saya. Hingga akhirnya saya dinyatakan gagal, dan diminta kembali minggu depan. 

Rasanya saya hampir putus asa saat itu. Apalagi saat melihat beberapa mereka yang tes prakteknya lebih jelek dari saya justru langsung ke ruang foto. Ya, saya tahu, mereka harus mengeluarkan sejumlah uang untuk itu. Sedangkan saya berprinsip, kalau saya bikin SIM, harus dengan cara yang sesuai prosedur. Dan untuk yang ke dua kalinya saya tes praktek. Ternyata, setelah melakukan lobi dengan petugas, saya diperbolehkan mengendarai motor sendiri. ''Kenapa gak dari kemarin sih, Pak''

Dengan tak lupa mengucap Bismillah dan Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah (bukan pikiran-pikiran takabur lagi ya hehe) saat starter, akhirnya satu-persatu balok saya taklukan. Tapi...uupss! Satu kali kaki saya menyentuh tanah. Waduh, bagaimana ini. Kalau disuruh kembali minggu depan, rasanya saya tidak sanggup. Karena sudah memasuki bulan Ramadan. 

Beruntuung sekali saya punya wajah memelas. Mungkin si bapak petugas, merasa gak tega, hingga akhirnya tulisan beliau yang awalnya TL (tidak lulus), dicoret menjadi L besaaar. Dan akhinya, sebotol Pocari dingin saya hadiahkan sebagai rasa terima kasih terhadap beliau. Makasih ya pak..! *peluk, eh cium tangan*

Saat sesi pemotretan untuk tahap akhir pembuatan SIM:  ''Kok foto yang ada di SIM beda sama yang di KTP?'' Begitu tanya petugas di Polres begitu SIMnya selesai dibuat. ''Iya lah Pak, saya berjemur di halaman depan kantor Polres selama 1,5 jam untuk antri tes praktek. Kalau KTP kan memang di photosop (waktu itu belum sistem E-KTP). Makanya jadi beda banget dengan foto SIM. Yang satu terang, satunya lagi gelap. Tapi, it's okay lah, yang penting akhirnya daku punya SIM. Horee...!




Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Kinzihana

Monday, June 24, 2013

Saat musik adalah satu-satunya teman

"Music is pure inspiration and curiosity, when it strikes you; you feel no pain, but desire."

Bagi sebagian orang, kalimat itu mungkin ada benarnya. Bisa dibilang, jarang ada orang yang merasa sakit hati atau marah saat mendengarkan musik. Sebaliknya, orang yang sedang sedih, marah, bad mood dan berbagai perasaan negatif lainnya, justru merasa musik lah pelipur hati mereka. Teringat bagaimana kakak tertua saya selalu mendendangkan musik saat sedang ngambek dengan orangtua. Lagu yang diputar adalah lagu dari band kesayangannya yang memang sedang ngetop pada masa itu. Ya, lagu Sejati yang dibawakan begitu mendayu-dayu oleh grup band Wings asal negeri jiran tersebut, seolah memang diperuntukan bagi hati yang sedang sedih dan berduka.

Saya sendiri adalah seorang pecinta musik sejati. Tapi kalau ditanya tentang jenis musik yang saya sukai, cukup sulit menyebutkannya. Sebab, meskipun sejak SD saya hobi mendengarkan musik, saya tidak terpaku pada satu jenis musik saja.

Menikmati musik asik versi saya adalah mendengarkannya dimanapun dan kapanpun saya berada, serta apapun yang sedang saya lakukan. Saat terbaik saya menikmati musik adalah ketika sedang browsing, baik melalui laptop ataupun ponsel. Kebiasaan yang saya lakukan adalah, selalu menyalakan winamp sebelum membuka browser.  Itulah sebabnya, winamp harus berada di desktop laptop kesayangan saya. Pun saat browsing di ponsel, melalui headset, telinga saya harus senantiasa dimanjakan alunan musik favorit saya.

Tidak hanya itu, saat di mobil, naik kereta, saat  membaca buku dan bahkan saat melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari saya kerap mendengarkan musik Tak jarang saat saya membaca, saya lebih sering lipsync ketimbang komat-kamit membaca kalimat demi kalimat pada buku yang saya baca. Sampai pernah terlontar perkataan, atau lebih tepatnya sindiran dari anak saya ketika menjumpai saya sedang mendengarkan musik sambil memasak:"umi jadi penyanyi aja deh, dimana aja nyanyi, untung goreng tempenya gak gosong!" 
Malu juga sih, tapi ya mau bagaimana lagi, musik adalah hal yang tak terpisahkan dari jiwa saya. 

Keluarga sayapun adalah pecinta musik. Dangdut, saya suka,  karena bapak dan ibu  menyukai jenis musik ini. Sebab itu, tidak heran jika suara khas Mansyur S, Meggie Z, Evie Tamala, dan Hamdan ATT begitu akrab di telinga saya. Dan saya menikmatinya.

Slow rock adalah  salah satu  musik yang sempat jadi hits di era 80 hingga 90-an. Sayapun menyukai jenis musik ini. Kakak saya termasuk kolektor lagu-lagu yang dibawakan para musisi dari Malaysia. Sebut saja Iklim, Search, Wings, Exist dan tentu saja si cantik Siti Nurhaliza. Dan saat musik nasyid menjadi hits seiring berkembangnya dakwah di tanah air, saya juga tak mau ketinggalan. Bahkan, saya sempat mengoleksi kaset dan VCD dari album-album Raihan saat itu.

Bicara mengenai VCD, saat ini terbilang cukup sulit untuk mendengarkan musik lewat media tersebut. Selain karena lumayan ribet karena harus membeli ( kalau ini sih mungkin lebih dibilang males atau pelit ya? hehehe),  juga adanya kemudahan men-download lagu-lagu favorit secara praktis sehingga dalam waktu singkat file berisi lagu-lagu tersebut sudah ada di dalam playlist kita.  Beruntung saya menemukan Langit Musik, yang dengan slogannya "Cara Asik Cari Musik" menyediakan lebih dari 800.000 ribu lagu legal di dalamnya . Dan ternyata memang asik banget. Buat pengguna ponsel berbasis Android seperti saya, Langit Musik sudah tersedia di Play Store. Dan lagu-lagu favorit akan terunduh dalam hitungan menit.

Tentang jenis dan genre musik, menurut saya mereka memiliki keistimewaan sendiri. Itulah sebabnya, hingga di tahun 2013 ini, terkadang saya masih feeling blue saat mendengarkan lagu Ode to My Family-nya The Cranberries, atau senyum-senyum sendiri teringat cinta monyet masa remaja saat mendengarkan Baby One More Time-nya Britney Spears, dan bahkan di saat sedang galau memikirkan masalah hidup, suara merdu Maher Zain  lewat lagu Insya Allah-nya, mampu membuat saya bersemangat kembali.

Musik tidak melulu harus disertai lirik lagu. Kalaupun ada, menurut saya tidak harus dengan bahasa yang bisa dipahami. Contoh saja musik dari negeri K-Pop, seperti IU, 2PM, Juniel, dan CNBlue. Saya suka mendengarkan lagu-lagu mereka. Apakah saya mengerti apa yang mereka nyanyikan? Tentu tidak hehe. Tapi, saya sangat menikmatinya. Karena yang saya dengarkan adalah alunan musiknya, bukan hanya lirik lagunya. Kalaupun saya ikut mendendangkannya, itu menjadi nilai tambah buat saya, mengingat bahasa Korea yang tidak mudah untuk diucapkan.

Saat ini, yang bisa saya katakan adalah: "Dear music, I will never be able to thank you enough for always being there for me..!"




Tuesday, February 19, 2013

Unseparable Olil dan Engkong

Kali ke dua ikut GA contest, baru liat persyaratannya langsung bernapsu ikutan, hehe. Saat saya baca tema lomba-nya, saya langsung teringat bidikan kamera saya 2 tahun lalu. Saat Olil (keponakan saya yang saat itu berumur 3 tahun) menangis saat baru bangun tidur karena mencari-cari umminya. Datanglah Engkong (dalam bahasa Betawi yang berarti kakek) yang kebetulan rumahnya saling bersebelahan. Saat itu Engkong juga baru bangun dari tidur siangnya. Engkong datang untuk menenangkan Olil yang masih terus nangis karena 'kehilangan' sang ummi yang sedang keluar. Demi rasa sayang kepada sang cucu, Engkong mencoba menenangkan Olil dengan memperlihatkan tayangan kartun kesayangannya. Jadilah Olil dan Engkong bersama-sama nonton kartun sambil menunggu ummi pulang.

captured by Nikon D3000


Terima kasih teruntuk Mama Fauzan, Mama Olive dan Papanya Cintya-Agas yang sudah berbaik hati mengadakan lomba ini.

Thursday, January 10, 2013

Ketika Anak-anak Tidak Lagi Seperti ''Anak-anak''

''Bang Syamil, yang ini bagus nih'', ucap saya sambil menunjuk tas bergambar mobil.
''Yaah, gak mau mi, itu mah anak-anak bangeet''
''Hloh, emang kamu bukan anak-anak?''
''Bukan,aku kan remaja''

Di lain waktu

''Umi kalo di sekolah gak usah cium pipi segala dong, aku kan malu diliatin anak-anak cewek, kayak anak kecil aja''

---------

Usia Syamil memang baru 10 tahun, tapi dia sudah tak ingin disebut sebagai anak-anak. Padahal, saat saya seusianya dulu sebagaimana layaknya anak-anak, saya lebih suka dengan pernak-pernik sekolah yang berbau anak-anak. Ya, anak-anak dengan kepolosan dan keluguannya. Kenyataannya sekarang, anak-anak kini seperti 'dewasa' sebelum waktunya. Dan itu bisa terlihat pada perilakunya yang suka terhadap lawan jenis di usia yang tidak wajar.

Seperti halnya Syamil, yang selalu ingin disebut 'remaja' ketimbang anak-anak. Padahal, sikapnya kebanyakan ya seperti anak-anak.

Pernah suatu hari saat berada di tukang cukur saya sampai berdebat dengan Syamil. Hanya karena urusan model rambut, yang bikin si abang tukang cukur kebingungan. Walaupun tetap pilihan ada di tangan Syamil. Saya hanya membantu mengarahkan. Kalau model seperti itu, nanti begini loh, atau kalau poninya terlalu panjang nanti begitu loh dsb.

Intinya, dalam hal apapun, saya selalu terlebih dahulu menjelaskan jika ada suatu perkara yang kira-kira harus di diskusikan. Hasil akhir, saya tetap menyerahkan ke Syamil. Toh konsekuensinya sudah dijelaskan di awal. Kalaupun ternyata tidak sesuai yang diharapkan, biarkan dia belajar menerima konsekuensinya. Dan mengambil pelajaran dari keputusan yang diambilnya itu.

Karenanya, tugas orangtua terutama ibu sebagai pendidik utama di rumah, yang harus senantiasa aware terhadap perkembangan anak-anaknya. Terlebih di usia rawan seperti Syamil. Jangan sampai akhirnya kecolongan, mengingat begitu banyaknya godaan yang mengintai anak-anak. Terlepas dari mereka adalah anak-anak dengan dunianya sendiri, tetap pengawasan ekstra adalah hal yang perlu dilakukan. Dan itu bukanlah perkara yang mudah.

Semoga, Allah senantiasa memberikan kemudahan kepada saya untuk mendidik anak-anak hingga mereka kelak menjadi anak yang menjadi kebanggaan orantuanya...aamiin.

Bolgul Ungu for the "Unyu-Unyu's'' Mimi

Tadinya maju mundur mo ikutan GA-nya Mimi, tapi berhubung she's one my best 'virtual' friend (hiks...kapan yaa kita ketemuan di alam nyata...tsaah!), kepingin juga meramaikan kancah First Give Away Contest-nya mimi.

Gak bisa lebih kreatif lagi euy, cuma ngandelin hobi uprek-uprek dapur, maka jadilah Bolu Gulung ini. Karena mimi suka warna ungu, sengaja ku kasih warna ungu buat tulisan dan motifnya hehe...

SARANGHEYO MIMI..! *huruf 'e' nya kebalik xixi*

Berhubung kita sama-sama blasteran Kore'ah, maka aku sengaja nulis ungkapannya pake bahasa kita ya mii...*kita?*
Tadinya mau sekalian pake huruf Hangeul (gaya), tapi gak cukup di roll cake-nya. Buat modelnya si abang Syamil, modal aku menang lomba blog susu macan hehe (jiaah...pengumuman). Itu lagi kebeneraaan banget mau pose dan senyum pula. Biasanya tuh susaaah banget. Katanya special for mimi Radial. Sekaligus ucapan:

Selamat Hari Lahir ya mimi, all the best for you, semoga bahagia dunia akhirat'' Seumur yaa kitaaah, beda 11 bulan doang kok hehe. Walau sekalipuun kita belum pernah bertemu satu lawan satu (tinju kalii ah), tapi kita kayak yg udah dekettt banget. Hope we will meet someday yaa, ngiler pengen icip nangkanyaa, and of course sama mimi juga doonk...muaach...muach!





*ssst...mi,kalo menang aku rikues ya, sarimbitnya yg model gamis kekeke :p

Wednesday, January 2, 2013

Mengenal Kehamilan Kosong atau Blighted Ovum (BO)

Saya baru mengenal istilah Blighted Ovum saat kehamilan anak ke dua. Saat itu, mengetahui diri saya hamil ketika melakukan testpack dan hasilnya 2 garis, akhirnya saya cek ke dokter kandungan. Begitu di USG, dokter mengatakan usia kehamilan saya sudah 7 minggu,tapi tidak terlihat janinnya, hanya kantung janin saja. Saat itu, dokter langsung memvonis saya mengalami BO atau kehamilan kosong. Sehingga akhirnya diputuskan saya harus di kuret saat kembali minggu depan.

Blighted Ovum sendiri definisinya adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif. Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

hasil USG diagnosa BO



Saya sendiri tidak lantas percaya atas diagnosa dokter tersebut. Bukan, bukan karena saya merasa lebih pintar, melainkan karena saya yakin bahwa ada janin dalam perut saya. Yang agak saya sesalkan adalah, dokter tersebut adalah dokter yang juga menangani saya saat kehamilan pertama. Selain itu, beliau sangat terkenal karena keahliannya dalam menangani persalinan. Pokoknya, kredibilitasnya tidak diragukan lagi deh. Makanya dokter tersebut yang selalu jadi rekomendasi bagi ibu hamil di lingkungan tempat tinggal saya.

Itulah yang menjadi alasan akhirnya saya berusaha mencari second opinion di rumah sakit lain. Sambil berharap bahwa hasil USG akan berbeda dari pemeriksaan pertama. Dan, alhamdulillah...ternyata dari hasil USG yang ke dua ini janin dapat terlihat dan jantungnyapun kelihatan. Kelap-kelip mirip kunang-kunang. Tak terbayang betapa gembira dan bersyukurnya saya saat itu.Gembira karena ternyata akhirnya janinnya terlihat jelas, bahkan sangat jelas. Beryukur, karena saya tidak langsung mempercayai diagnosa dokter kandungan pertama (tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau). Bisa dibayangkan, jika saya mengikuti sarannya untuk kembali minngu depan dan melakukan kuretase. Maka si ganteng Athar gak akan ada dalam pelukan saya sekarang.

Ada pelajaran yang saya petik dari peristiwa itu. Bahwa saat dokter mendiagnosa keadaan kita, jangan ragu-ragu untuk mencari second opinion, atau third opinion bahkan fourth opinion. Terkesan lebay memang. Tapi jika itu berhubungan dengan kondisi kesehatan kita, saya kira itu hal yang wajar. Anggap itu bagian dari ikhtiyar. Dan kalaupun akhirnya hasil diagnosa itu sama antara dokter satu dengan yang lainnya, berarti memang kondisi kita ditakdirkan demikian. Toh kita manusia yang hanya bisa berusaha dan berdoa. Perkara hasil, tetap Allah yang Maha Tahu akan seperti apa nantinya.



Tuesday, January 1, 2013

[Milkuat2] Peran Ibu Lindungi Anak Dari Defisiensi Zat Besi & Zinc

Sebagai seorang ibu, saya menginginkan anak saya senantiasa sehat dan ceria. Namun ada kalanya saya dibuat khawatir saat anak menolak untuk makan. Ini kerapkali terjadi pada anak pertama saya, Syamil. Seringkali Syamil hanya mau makan makanan yang itu-itu saja. Hari ini makan mie, besok atau lusa sudah dipastikan hanya mau makan mie instan saja. Padahal saya sudah melakukan berbagai upaya untuk membuat makanan yang disukainya, tetap saja dia menolaknya.

Saya khawatir apabila kondisi ini dibiarkan terus-menerus, akan mempengaruhi tubuh kembang Syamil, padahal dia termasuk anak yang aktif dan sangat menyukai futsal. Sedangkan futsal adalah salah satu olahraga yang membutuhkan kondisi fisik yang sehat dan kuat. Bagaimana akan terjaga kesehatannya jika asupan gizinya tidak lengkap? Akhirnya lewat browsing di internet saya berusaha mencari penyebabnya. Dan benar saja, kekhawatiran saya tersebut teryata bukan tanpa alasan.

Penyebab anak kurang nafsu makan salah satunya adalah karena kekurangan zync (seng). Zat ini berpengaruh pada indera perasa. Penderita kekurangan zync hanya akan merasa makanan dengan rasa yang sangat ekstrim saja, yaitu sangat asin dan manis. Akibatnya, anak hanya mau makan yang rasanya manis dan asin saja. Hmm.. tentu saja hal ini bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatannya.

Apa yang saya alami, mungkin saja dirasakan juga oleh banyak ibu lainnya. Bahkan mungkin sudah mengalaminya jauh sebelum saya.  Karena berdasarkan studi Masalah Gizi Mikro di 10 provinsi oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2006, jumlah sekitar 32 persen. Asupan zinc pada balita hanya mencapai 30 persen dari angka kecukupan gizi (AKG).


Walaupun zync termasuk zat gizi mikro yang hanya sedikit diperlukan oleh tubuh, tapi tetap saja zat ini sangat diperlukan bagi metabolisme tubuh dan untuk tumbuh kembang anak. Hal inilah yang seringkali membuat orang tua abai tentang pentingnya zat gizi mikro tersebut.

Mereka sering tidak menyadari hal tersebut, padahal kasus kekurangan zat gizi mikro sudah sering terjadi, yaitu pada saat tubuh kekurangan kalsium, zat besi dan vitamin B12 dan D.

Kita mungkin sering mendapati anak yang mengalami kondisi lemas, kurang nafsu makan, dan juga daya konsenterasi yang menurun. Jika menemukan gejala-gejala semacam itu sudah seharusnya kita sebagai orangtua waspada. Karena bisa jadi saat itulah anak sedang menderita kekurangan zinc.

Bagaimana dengan anak yang kekurangan zat besi? Sama halnya saat anak kekurangan zinc, keadaan serupa juga terjadi pada saat mereka kekurangan zat besi ini. Karena sifat zat besi berkorelasi erat dengan zinc yang sama-sama memiliki fungsi menjaga metabolisme tubuh, khususnya untuk tumbuh kembang anak.

Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar (SD) kurang mendapatkan asupan makanan yang mengandung zat besi sesuai kebutuhan.

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Redinkesdas) 2007 yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2007, 40% anak Indonesia usia 1-14 tahun menderita anemia.


Bagi saya dan orangtua lainnya, hal tersebut tentu menjadi momok yang menakutkan, mengingat dampak yang akan dialami anak apabila kekurangan zat besi dan zinc. Salah satunya dapat berpengaruh terhadap kecerdasan mereka.





Dimana Kita Menemukan Zat Besi dan Zinc?

Tidak sulit sebenarnya untuk menemukan kedua zat tersebut dalam makanan. Sayuran hijau dan daging adalah beberapa dari sumber zat besi dan zinc. Yang keduanya bisa kita peroleh dengan mudah. Zat besi dan zinc juga bisa diperoleh dari makanan yang di fortifikasi, yaitu makanan yang diberi tambahan vitamin dan mineral. Salah satunya adalah susu. Jadi ibu tak perlu khawatir anak akan kekurangan sumber gizi karena susu tersebut sudah mengandung kelengkapan gizi yang dibutuhkan anak yaitu zat besi, zinc, vitamin D dan lemak.

Di dalam makanan yang seringkali jadi menu harian kita, zat besi dan zinc juga sangat mudah kita dapatkan. Tinggal bagaimana kita mengolahnya dengan benar, sehingga makanan tersebut dapat memenuhi asupan gizi sesuai yang dibutuhkan.

Mengingat betapa pentingnya zat besi dan zinc bagi pertumbuhan anak, sudah sepatutnya kita berusaha untuk memenuhinya. Meski terkadang ada beberapa kendala. Bukan hanya pada saat memperolehnya, tapi juga pada saat mengolahnya. Karena untuk memenuhi kebutuhan gizi anak kita, semua makanan tentulah harus dikonsumsi dalam jumlah besar. Hal itulah yang terkadang menjadi masalah bagi sebagian besar orangtua.

Bagi orangtua yang mampu, tentu tidak sulit untuk memperoleh semua sumber-sumber zat besi dan zinc. Daging misalnya. Namun faktanya, tidak semua ibu di Indonesia adalah ibu yang mampu, sehingga tidak semua anak bisa mengkonsumsinya setiap hari. Tetapi tentu saja hal ini tidak menjadi hambatan, karena para ibu dapat memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya dari sumber-sumber lain yang bisa diperoleh dengan mudah dan murah. Terlebih saat ini makanan yang difortifikasi, sudah banyak tersedia dan dengan mudah kita dapatkan. Tentu dengan pengolahan yang aman dan sesuai prosedur.


Susu, sebagai salah satu sumber zat besi dan zinc mampu memenuhi sebagian asupan zat gizi dan penting untuk dikonsumsi setiap hari. Keberadaannya memudahkan para ibu untuk senantiasa memberikan kecukupan asupan gizi tanpa harus kerepotan mengolahnya. Terlebih saat ini susu yang ada di pasaran tampil dengan beragam rasa dan kemasan yang unik, tentu dengan tanpa mengurangi kandungan gizinya. Jadi, orangtua tetap dapat memenuhi kecukupan gizi anak-anak, tapi dengan cara yang mudah dan praktis.

Untuk urusan kepraktisan saya bersyukur Danone Dairy Indonesia punya produk Milkuat Tiger. Si Botol Tiger ini menyediakan 15% dari jumlah asupan harian zat besi dan zink yang direkomendasikan untuk pemenuhan gizi anak sehari-hari. Semoga kontribusi ini ikut mengatasi masalah kekurangan zat besi dan zinc yang dialami banyak anak Indonesia.

Oleh karena itu, yuk Bunda, mulai sekarang kita berusaha memenuhinya sesuai yang dibutuhkan. Semakin sering dan teratur, tentu semakin baik. Karena, anak adalah aset dan generasi penerus bangsa. Tentu kita tidak ingin mereka terhambat kecerdasan dan tumbuh kembangnya, hanya karena kekurangan zat besi dan zinc bukan? Karena sehat dan cerianya anak-anak kita adalah sumber kebahagiaan kita orangtua khususnya para ibu.